Aku dan Dirinya - part 1...Pantai sanur ituu...  

Posted by dexa-danarta in

Namaku Adhi, seorang pria berumur 19 tahun yang tinggal di pulau Bali. Aku adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas yang ada di bali ini. Kehidupan kampus yang aku jalani tergolong biasa-biasa saja. Dari pagi datang ke kampus hingga pulang, semuanya terlalu biasa dan tak ada yang teristimewa. Mungkin hal ini disebabkan karena prinsip hidupku yang mengalir seperti air.

Kisahku kali ini berawal dari pertemuanku dengan dirinya di pantai sanur pada pagi hari yang cerah itu. Saat itu aku dan teman-temanku sedang bermain-main ke pantai untuk bersenang-senang, melepas lelah dan mencuci mata, dan sekalian juga merupakan pelarian dari realitas kesibukan hari yang sering membuat kepala pening.

Dia berdiri di ujung pantai itu, menatap horizon yang bersinar terang mengiringi munculnya mentari dari ufuk timur.Wajahnya yang cantik begitu bercahaya, dengan kulit putih dan rambut hitam panjang yang melambai-lambai tertiup angin, dia begitu sempurna. ditambah lagi, Syal merah muda yang ia gunakan untuk menutupi lehernya membuat dia begitu manis dan mempesona. Aku seakan-akan tak bisa melepaskan pandangan mataku dari dirinya.

Namun apa daya, aku hanya bisa sebatas ini. Melihat gadis yang baru pertama kali aku temui, yang begitu saja mencuri hatiku, berdiri di ujung pantai itu. Aku bahkan tak memiliki keberanian untuk mendekatinya, walaupun hanya untuk bertukar sapa ataupun mengobrol sepatah dua patah kata. Aku bukanlah seorang pengecut. Tapi luka dari masa lalu telah membuatku enggan untuk mencoba mendekatkan diri lagi kepada seorang wanita.

Lama kelamaan, wanita itu berpaling dari langit ufuk timur yang bercahaya, dia melihat sekitar seakan sedang mencari-cari sesuatu. Aku berpikir dia pastinya merasa kalau ada seseorang yang sedang memperhatikannya, karena sesaat kemudian dia menjatuhkan pandangannya kepadaku. Tepat disaat aku sedang asyiknya memperhatikan setiap gerakan yang ia lakukan.

Mata kami bertemu dan menyatu dalam satu garis lurus. Aku tak kuasa untuk mengalihkan pandangan ku sedetikpun dari dirinya. Dia bagaikan memiliki sebuah magnet yang mampu menarikku untuk jatuh kedalam jurang sekalipun. Perlahan-lahan dia mengeryitkan matanya, mencondongkan tubuhnya dan berusaha untuk melihatku agar lebih jelas. Aku berusaha melepaskan hubungan sesaat yang terjadi diantara kami, dan akhirnya aku berhasil memalingkan muka darinya, berjalan kembali dengan enggan menuju arah teman-temanku yang sedang asyiknya bermain bola.

Ingin rasanya aku menoleh kebelakang, dan melihat apakah dia masih tetap berdiri disana? Atau dia sudah beranjak untuk pergi menyongsong hari yang lebih cerah?Ah, sudahlah. Apa perduliku? Aku bahkan tak mengenalnya dan tak berhasrat untuk memilikinya. Namun dalam hati kecilku terjadi pemberontakan kecil-kecilan untuk menoleh sekali saja. Kutahan terus keinginan itu sampai pada akhirnya aku luluh pada keinginanku sendiri dan mengakui hanya sekilas pandangan tidak akan masalah.

Benarkah??? Ya, ternyata wanita itu telah beranjak pergi meninggalkan tempatnya. Aku tak lagi bisa melihat keindahan pagi yang keluar dari dalam dirinya. Aku sedikit kecewa, ya hanya sedikit, menyesal juga karena tidak bisa memanfaatkan suatu keadaan sebaik mungkin. Aku memutuskan untuk melupakan wanita itu dan duduk di pesisir pantai sembari memperhatikan teman-temanku yang sedang asyik menjadi gembala bola, berlari kesana-kemari mengejar sebuah bola untuk ditendang dan ditendang. Aku berpikir, seandainya bola itu hidup dia pasti akan sangat marah apabila mengetahui dirinya ditendang kesana-kemari. Yah, sebuah Chaotic mind sebagai pengalih perhatian dari wanita yang berhasil mencuri perhatianku pagi itu.

Angin sepoi-sepoi yang berhembus serta langit biru cerah berselimut awan putih yang terbang berarak-arakan, suara debur ombak pantai sanur itu membuat pikiran ku melayang kesana kemari, memperhatikan semua hal dari segala sisi, dan memperhatikan setiap individu yang sedang mengistirahatkan dirinya disetiap ruang dari pantai ini. Touris-touris asing yang mengunjungi pantai ini juga tidak sedikit, mereka kebanyakan sedang berjemur, berusaha menghitamkan kulitnya yang putih. Sungguh berbeda dengan kebiasaan kita yang berusaha untuk menghindari sinar matahari agar tidak membuat kulit menjadi hitam.

Dalam keheninganku memperhatikan setiap sudut dari pantai ini, tak kusadari seseorang memanggilku. Memanggilku dengan nickname yang biasa aku gunakan saat sedang berbincang-bincanng dengan orang-orang melalui fasilitas yahoo messengger. Pertama aku ragu, apa suara itu benar-benar memanggilku atau orang lain yang kebetulan bernama sama dengan nickname yang aku gunakan di accountku. Namun keraguan itu sirna setelah suara itu terdengar begitu dekat dan semakin dekat. Tak hanya nama, tapi suara itu juga mengatakan sesuatu.

”Sombong banget sih lo?!!! Gw panggil-panggil gak noleh-noleh!!!” Seorang wanita berparas cantik dan anggun mengagetkan lamunanku, dia berkacak pinggang sembari berdiri di belakangku dan wajahnya menunjukan aura kemarahan yang bersahabat. Aku begitu kaget, bukan kepalang, wanita ini bisa berdiri di belakangku. Karena sesaat yang lalu aku berpikir kalau wanita ini sudah pergi ke tempat lain untuk melakukan suatu hal yang lebih berguna daripada sekedar mendekati pria kesepian yang sedang duduk menyendiri di pinggir pantai seperti aku ini.

”.....” Aku speechless. Tidak bisa berkata apa-apa. Masih tetap syok dan terbengong-bengong dengan wajah bodoh, karena kehadiran wanita yang telah mencuri perhatianku sesaat tadi. Dan bahkan lebih syok lagi saat mengetahui bahwa wanita itu mengenalku, sementara aku tidak mengenalnya.

”kok malah bengong sih???bilang ”hai” kek!!!apa kek!!” wanita itu terlihat jengkel karena aku tidak merespon perkataannya. ”Ahh, jangan-jangan lo lupa siapa gw ya? Ya ampun. Baru aja beberapa minggu kemarin kita chat, lo udah ngelupain gw gitu aja, lo noe kan??”

”Iya gw, lo? Sapa ya? Sori gw lupa.”

”Ya ampun, pentium 1 banget sih otak lo, masak tampang gw yang manis, imut gini lo bisa lupain??” Dia tersenyum ramah dan langsung duduk di sebelahku. Aku salah tingkah dan berusaha keras mengingat sesosok wajah yang pernah gw liat di Chat yang bisa dibilang cukup familiar dengan wajah yang sedang memperhatikan mukaku dari bawah keatas dan atas kebawah.

Aku memutar otakku, terus dan terus berputar, tentusaja tidak dalam artian yang sesungguhnya. Akhirnya aku menemukan satu buah foto yang kurasa cocok dengan wajah wanita yang sedang melihatku dengan seksama itu. Meskipun demikian, otakku hampir tidak dapat menemukan persamaan dalam wajah yang sedang melihatku itu dengan foto yang ada dalam ingatanku. Terlalu banyak warna hitam dalam foto di otakku, dibandingkan warna putih yang kulihat pada Feni, berbaur dengan foto orang hutan yang tiba-tiba saja melintas di otakku. Tapi, ya sudahlah, kuberanikan diri untuk mengatakannya, walaupun hanya menebak saja.

”Feni?” tanyaku dengan wajah tak percaya.

”Feni? Feni sapa? Ya ampun, Noe!!! Masak lo gak bisa nginget wajah gw sih? Nyesel nih gw nyamperin lo kesini.” Wanita itu menjadi semakin cemberut.

Aku menjadi semakin salah tingkah dan memeras otak lebih kuat lagi sampai-sampai memandangnya lekat dan tak lepas. Rasa malu dan rasa kagum akan kecantikan wanita itu seakan-akan berbaur menjadi satu. ”Upss, sorry... Gw bener-bener lupa”

”Ha..ha..ha..ha..ha..” Wanita itu tiba-tiba tertawa nyaring. Noe,..Noe,...Oon banget sih lo? Iya gw emang Feni lagi”

Aku hanya bisa menampilkan wajah bodohku, terbengong-bengong, lagi dan lagi, karena baru saja ditipu mentah-mentah oleh wanita yang ku kagumi ini, dan lebih tak kusangka lagi kalau wanita yang berada didepanku ini adalah Feni, benar-benar Feni. Salah seorang teman yang sering aku ajak Chat di dunia maya hampir di setiap waktu senggangku. Tapi aku tak pernah menyangka, dalam kenyataannya dia akan terlihat secantik ini. Dan ini merupakan pertemuan pertama kami, ato mungkin disebut juga kopi darat yang tak disengaja.

Seakan-akan bisa membaca pikiranku, Feni berkata ”Kenapa bengong? Lo pasti heran ya? Ternyata gw jauh lebih cantik aslinya ketimbang di foto”

Aku yang notabenenya sudah mengenal sifat Feni yang terkadang agak sedikit narsis ini (Bahkan di dunia maya dia jauh lebih parah) hanya bisa tersenyum dan tertawa, seandainya saja dia tidak secantik itu, mungkin aku sudah berada di tong sampah saat itu, buat mengeluarkan isi perut bukan melalui pantat, tapi melalui mulutBig Grin.

”Ngapain lo kesini, Fen? Bukannya rumah lo di Jabar?” Keberanianku sedikit demi sedikit muncul, seiring dengan perasaan yang ditimbulkan akibat kenyataan bahwa wanita ini adalah Feni temanku.

”Nyari lo dah” Singkat, jelas, dan padat, itulah Feni. Selalu berkata seefisien mungkin, bahkan pada saaat Chat sekalipun. Dan, kegeeran, itulah aku, begitu cepat berbangga hati setiap ada orang yang memuji. Aku pun kembali salah tingkah dengan muka yang memerah bukan karena hangatnya sinar mentari pagi, tapi karena begitu mudahnya dipuji. Tapi tentu saja tidak seperti itu kenyataanya, karena orang yang kuhadapi adalah Feni.

”Haa..ha..ha..ha..ha.. Kegeeran sih lo, dibilang gitu aja udah merah!!Gak kali, Gw kesini tu ya buat jalan-jalan. Masak buat ketemu lo???gak usah jauh-jauh kali, di ujung kulon juga banyak!!! Ha..ha..ha..ha..” Itu dia maksudku. Sembari menepuk-nepuk punggungku, Feni terus tertawa, menertawakan kebodohanku yang telah begitu bodohnya bisa dipermainkan olehnya.

”Sialan,Lo!!!he..he..he..” aku hanya bisa ikut tersenyum dan tertawa bodoh sambil memukul pelan kepalanya.

”Eh, tadi lo ngeliatin gw ya pas disana???” Upss...Mati aku. Perutku seakan-akan dihantam oleh palu godam. Tak pernah kukira dia akan mempermasalahkan hal ini.

”Ehmmm, eh kapan??enggak..enggak kok. Gw aja ru ngeliat lo sekarang, beneran deh!!Sumpah!” Berbohong mungkin terkadang adalah salah satu jalan keluar yang terbaik, namun bisa jadi yang terburuk, terlebih lagi jika kita jarang melakukannya.

”Yang bener? Kenapa muka lo jadi langsung merah gitu?ha..ha..ha..hayoo..Ngaku aja deh. Lo ngeliatin gw kan?” Dia terus memojokkan ku sambil tersenyum nakal. Oh, lesung pipit di pipinya itu membuat ku menjadi semakin menyadari kalau Feni ternyata manis sekali. Dan entah kenapa, mukaku menjadi semakin panas dan menjadi semakin memerah sepertinya.

”Eh, ngomong-ngomong dari kapan lo di Bali?” Aku berusaha keluar dari topik ini dengan mengalihkan pembicaraan.

”Dari sejak lo ngeliatin gw tadi!hehehe..ketauan lo ngeliatin gw ya!! Lo pasti naksir gw ya!!???hahahaha...ayo ngaku!!!”Tapi Feni terus-menerus membuat aku menjadi semakin salah tingkah.

”Iya deh iya, tadi gw ngeliatin lo. Puas? Tapi tu karna muka lo mirip banget ama tukang bersihin kamar mandi gw. Jadinya gw liatin lo deh, buat mastiin, hehe,  Ahh, kegeeran banget sih lo..” Aku benar-benar tak tahu lagi harus berbicara apa.

”iihh, dasar!!!gitu ya? Huuuh...ya udah deh, gw pergi aja” Feni cemberut mendengar jawaban aku yang asal ceplos saja. Dia memulai lagi drama ”ngambek” yang biasa dia lakukan saat kita sedang ber-chat ria.

”Hahaha.. Gitu aja marah. Ntar lok keseringan marah, muka lo jadi cepet tua loh!!Keriput kayak kulit pohon. Ntar lo bakalan jadi perawan tua deh, aahahaha.”

”Biarin!!! Gini-gini gw juga punya inner beauty tauk!! Jadi mpe tua pun pasti masih ada yang maw ama gw!! Nah kalo lo??? Mpe karang masih ngejomblo, ntar jadi perjaka tua ru taw rasa lo!! And gak mungkin ada cewek yang maw ama kakek2 kayak lo. Gw ajah ogah...hiiii”

"haha, apa kata lo dah.. Btw, pa kabar lo?? dari kapan jalan-jalan ke Balinya?? Kok lo gak ada nyampein ke gw sih!!??"

"Hahaha..emang sapa lo?? Mpe gw harus ngasik laporan dulu kalo gw maw ke bali?? Jangan gila dong mas!!!haha.. Kabar gw baek." Feni tidak berubah, dia masih tetap selalu ceria dan blak-blakan dalam berbicara, terkadang sampai membuat orang lain sakit hati, tapi tidak ada yang sampai marah. Kenapa? Karena sangat susah untuk menunjukan rasa marah kita di depan gadis manis nan humoris ini.

"Ah, awas lo nanti minta gw nganter jalan-jalan disini ya!!! Pokoke ogah dah gw" Kataku dengan sedikit pura-pura marah.

"Duh, kok gitu aja marah sih Nok(nickname dari nickname ku)? Heheh, gw cumax becanda aja kali..Tapi bukan berarti gw mau minta lo nemenin gw jalan-jalan lo ya. Ogah ahh, bisa-bisa gw gak selamet pulang kerumah."

"OOHH, OKE, Gw pegang kata-kata lo. Inget aja ntar, heheh, gw gak bakal maw biar lo sogok pake apa juga gw teteup gak bakal maw."

"Kayak, gw maw nyogok lo ajah, haha."Kata Feni.

"Eh, terus ama siapa lo kesini?"

"Ama Bokap Nyokap, Kebetulan bokap gw ada kerjaan disini, jadi mumpung gw lagi libur semesteran ya,,, gw mutusin buat ikut. Lumayan jalan-jalan ke Bali, bisa ketemu banyak touris cakep. hihihi" Feni tertawa nakal layaknya seorang gadis yang sedang membicarakan pria yang di kaguminya. "Lo sendirian aja kesini?"

"Gak, ama temen. Tu!! Lagi maen bola" Aku segera menunjuk ke arah sekumpulan anak yang sedang asyik berkejar-kejaran dan berteriak-teriak sambil mengejar bola yang hanya ada satu itu.

Selanjutnya perbincangan kami pun berlanjut di sebuah kamar hotel yang ditempati oleh Feni. Kebetulan sekali, orang tuanya sedang ada urusan keluar, jadi kami bisa berduaan di sana. Lalu selanjutnya suasana menjadi panas dan..... uuooohh,...

(Lho???bukan...bukan... Seharusnya gini lanjutannya...)

Kami berbicara mengenai banyak hal pagi itu, sembari menunggu teman-temanku selesai melakukan ritual pantainya sehabis main bola, aku dan Feni pergi mencari tempat yang lebih teduh dan kembali berbincang-bincang. Kami banyak tertawa pagi itu, karena Feni termasuk orang yang humoris, sedangkan aku tipe orang yang mudah untuk tertawa. Dan tentu saja, aku masih tetap tak menyangka, aku bakal ber-ngobrol ria bersama dengan wanita yang sempat mencuri hatiku sesaat tadi. Dan siapa menyangka, kalau di kedepannya, akan ada banyak hal yang terjadi diantara kami yang benar-benar tidak bisa aku duga.

Seiring dengan beranjak nya hari menjadi siang, Feni mohon pamit untuk kembali ke hotel tempatnya menginap, karena dia beserta dengan orangtunya berencana untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata yang ada di Pulau Bali ini. Aku pun turut menyusul meninggalkan pantai sanur ini, karena perut yang sudah mulai bernyanyi keroncong dan meminta untuk diisi.

 

                                                                oo000oo

This entry was posted on Sunday, June 15, 2008 at Sunday, June 15, 2008 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment